MEMBIDIK PROBLEMA SAMPAH DENGAN SOLUSI YANG SELEKTIF DI SATUAN PENDIDIKAN

MEMBIDIK PROBLEMA SAMPAH DENGAN SOLUSI YANG SELEKTIF DI SATUAN PENDIDIKAN


        Kurikulum semakin modern, metode belajar semakin beragam, akses media sosial semakin baik akan tetapi pencemaran lingkungan semakin tidak tertangani dengan baik. Salah satu bentuk pencemaran lingkungan bersumber dari peningkatan populasi sampah setiap harinya. Gambaran problema sampah yang ada, bersumber dari beberapa media untuk menunjang kebutuhan hidup manusia, seperti wadah makanan, wadah minuman, dan juga sisa makanan, serta sampah seperti daun, dan ranting pohon setiap harinya. Padahal, sampah tersebut berpotensi menjadi sesuatu yang bermanfaat jika ditangani dengan baik. Maka dari itu, dibutuhkan perhatian khusus dan mendalam untuk memodifikasi sampah-sampah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfat yang memiliki nilai serta bentuk pencegahan terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah.

        Problema sampah di satuan pendidikan membutuhkan solusi yang selektif. Sampah yang ada merupakan hasil buangan dari aktivitas keseharian warga sekolah pada satuan pendidikan. Misalnya sampah plastik, sampah plastik dijadikan sebagai wadah makanan dan minuman yang berasal dari kantin sekolah dan bahkan bersumber dari luar lingkungan satuan pendidikan yang berdampak populasi sampah plastik semakin meningkat. Selain sampah plastik, populasi jenis sampah berupa kertas bekas habis pakai juga berkembang beriringan. Begitupula dengan daun dan ranting pohon yang membutuhkan penanganan ekstra untuk menjaga lingkungan sekolah tetap asri, sehat, nyaman, dan indah dipandang mata.

            Kejadian tersebut seolah menjadi budaya, dimulai aktivitas pagi hari sampai sore hari dari jual beli makanan di lingkungan sekolah. Hal ini berulang terus-menerus sehingga menjadi pemicu meningkatnya populasi sampah di lingkungan satuan pendidikan. Membangun kesadaran tentang kiat menangani populasi sampah tidak lepas dari diri sendiri, para murid satuan pendidikan, dan para dewan guru. Konsep dapat dilakukan dengan memberikan edukasi secara terus-menerus tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk keberlangsungan belajar yang nyaman, dan lingkungan yang sehat. Selain itu, Pendidik dapat memberikan gambaran mengenai konsep membuang sampah pada tempatnya serta melakukan penerapan prinsip "LISA" lihat sampah ambil.

         Sampah membutuhkan perhatian utama. Lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah adalah gambaran lingkungan sekolah yang sehat. Begitu pun sebaliknya, lingkungan yang terdampak banyak sampah akan membawa pengaruh yang tidak sehat. Hal tersebut menjadi alasan utama sehingga persoalan sampah di lingkungan sekolah perlu ditangani.

      Berbagai konsep banyak ditawarkan pada penanganan sampah di lingkungan sekolah yang tentunya searah dengan program pemerintah. Beberapa metode dapat dilakukan misalnya mengedukasi maupun memberikan pemahaman mengenai dampak positif dan dampak negatif dari sampah. Sampah dengan berbagai jenis dapat dipilah dan dipisahkan untuk kemudian ditempatkan pada bank sampah. Selain diolah atau didaur ulang, sampah dapat dijadikan sebagai bahan untuk membuat suatu karya yang baik dan dapat juga menjadi sumber penghasilan yang bernilai tambah.

        Pendidik memiliki fungsi sebagai regulator untuk memberikan edukasi secara terus-menerus seperti mengajak murid untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, menanamkan nilai gotong royong secara rutin, membuat piket kebersihan, dan memfasilitasi kebutuhan sarana prasarana seperti tempat sampah dengan beberapa jenis kategori sampah serta alat kebersihan lainnya. selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah membangun kerjasama dengan masyarakat pada umumnya serta pihak orangtua murid ketika murid berada di lingkungan masyarakat maupun dirumah untuk tetap membiasakan diri menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempat sampah.


Penulis, Anwar.


KAIDAH KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

 KAIDAH KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI AFIKSASI 

Buku paket Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA/SMK/MAK


1. PENGERTIAN
        Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi berbuat, tanggungjawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda motor menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi mencoba, adu menjadi mengadu, pertanggungjawabkan menjadi mempertanggungjawabkan. Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya. 
            Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992). 
                Ahli lain mengatakan, afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksan, 1993). Dasar yang dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang dapat diberi afiks apapun (Samsuri, 1988). Kombinasi morfem adalah gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat atau morfem bebas dan morfem bebas sebagai bentuk kompleks. Misalnya, kata menembak, kata tersebut terdiri atas dua unsur langsung, yaitu tembak yang merupakan bentuk bebas, dan meN- yang merupakan bentuk terikat. Kata tembak disebut bentuk bebas karena kata tersebut bisa berdiri sendiri pada kata “tembak ayam itu” tembak memiliki makna sendiri dalam gramatikal kata, sedangkan afiks semuanya disebut dengan bentuk terikat karena tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. 

2. JENIS AFIKSASI
 
a. Prefiks/Prefiksasi 
            Prefiks disebut juga awalan atau imbuhan secara struktural diletakkan pada awal kata dasar, dengan menggunakan imbuhan (ber), (men), (di), (per), (pe), (ke), (ter), (se). Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi dll, 1998: 31). Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). 

1). Awalan Ber_ Ber_, digunakan apabila bertemu dengan semua kata dasar. Kecuali, kata dasar yang yang diawali dengan huruf R. 
Contoh: Ber+lari=Berlari Be_, digunakan apabila bertemu dengan kata dasar bermula dengan huruf R. Contoh: Ber+Rasa=Berasa, Ber+ramal=Beramal. 

2). Awalan Me(N)_ Me_, digunakan untuk menggabungkan kata dasar yang bermula dengan huruf L, M, N, NG, NY, R, W, Y. 
Contoh:
a.    Me+Lawan=Melawan, Me+Mulai=Memulai, Me+Ngantuk=Mengantuk, Me+Nyanyi=Menyanyi,           Me+Rusak= Merusak, dll.
b.   Mem_, digunakan apabila berttemu dengan kata dasar yang bermula dengan huruf B. Contoh:              Mem+Beri=Memberi, Mem+Buat=Membuat, Dll.
c.    Men_, digunakan apabila bertemu dengan kata dasar yang bermula dengan huruf C, D, J. Contoh:         Men+Coret=mencoret, Men+Dakwah=Mendakwah Men+Junjung=Menjunjung.
e.    Meng_, digunakan jika bertemu dengan kata dasar yang bermula dengan huruf G, GH, H, KH, A, I,        U, E, O. Contoh: Meng+Garuk=Menggaruk, Meng+Khayal=Mengkhayal,Dll.
f.    Menge_, digunakan apabila bertemu dengan kata dasar yang mempunyai satu suku kata. Contoh:           Menge+kenal=Mengenal, Menge+Kecil=Mengecil, Dll. 

3). Awalan Di_, digunakan untuk membentuk kata kerja pasif dan menukarkan kata pasif menjadi aktif.        Contoh: Di+Minta=Diminta, Di+makan=Dimakan, Di+rawat=Dirawat, Dll. 

4). Awalan TeR_, Awalan TeR_,digunakan untuk semua kata dasar. Kecuali kata dasar yang bermula         huruf R. Awalan Ter_, akan menjadi Te_, jika digabungkan dengan Kata dasar yang bermula dengan      huruf R. Contoh: Ter+Minum=Terminum, Te+rendam=Tetendam, Dll. 

5). Awalan PeN_, Pe_, digunakan pada kata dasar yang bermula dengan huruf L M, NG, NY, W.                 Contoh: Pe+Luang=peluang, Pe+Main=Pemain, Pe+Nyanyi=Penyanyi, Dll.

6. Pen_, digunakan jika bertemu dengan kata dasar yang bermula C, D, J, SY, Z. 
    Contoh: Pen+Curi=Pencuri, Pen+Dengar=Pendengar, Dll.

7. Pem_, digunakan jika bertemu dengan kata dasar yang bermula huruf B, F. 
   Contoh: Pem+Beri=Pemberi, Pem+Baca=Pembaca, Pem+Fitnah=Pemitnah, Dll. 

8. Peng_, digunakan untuk kata dasar yang bermula dengan huruf G, H, KH, A, I, U, E, O. 
    Contoh:Peng+guna=Pengguna, Peng+Huni=Penghuni, Peng+ukur=Pengukur, Dll.

9.  Penge_, digunakan untuk kata dasar satu suku kata. 
    Contoh: Penge+Bom=pengebom, Penge+Mas=pengemas,Penge+Lap= pengelap, Dll. 

b. Sufiks/Sufiksasi 
            Sufiks atau akhiran adalah afiks yang secara struktural digunakan di bagian akhir kata dasar (Alwi dll, 1998:31). Seperti (Kan), (i), (an), (nya), (man), (wati), (nda), (anda). Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) di bawah (sub) . Ketiga bahasa yang dianalisis di sini semuanya memiliki sufiks. 
Misalnya, 
Beli + Kan = Belikan, 
Duduk + Kan = Dudukkan, 
Sastra + Wan = Sastrawan, Dll. 

Akhiran Kan_, digabungkan dengan kata dasar untuk membentuk kata kerja. 
Contoh: Beri+kan=Berikan, Cari+Kan=Carikan, Cerita+Kan=Ceritakan, Jalan+Kan=Jalankan,                              Besar+kan=Besarkan, Dll. 
Akhiran An_, Digunakan apabila bergabung dengan kata dasar akan membentuk kata nama. 
Contoh: Tulis+An=Tulisan, Laut+An=Lautan, Manis+An=Manisan, Dll.
 
Akhiran i_, digabungkan dengan kata dasar untuk membentuk kata kerja. 
Contoh: Duduk+i=Duduki, ikut+i=Ikuti, dalam+i=Dalami, Serta+i=Sertai, Dll. 

c. Infiks/ Infiksasi 
            Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar (Alwi dll, 1998:32). Dalam bahasa Latinnya adalah infixus yang berarti melekat (fixus, figere). 
Bahasa Indonesia memiliki beberapa infiks seperti (er), (el), dan (em). Contoh : Em + getar = Gemetar Er + Gigi = Gerigi 

d. Konfiks/Konfiksasi 
        Menurut Alwi (1198:32) konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara serentak diimbuhkan. Konfiks adalah imbuhan yang terletak pada awal dan akhir kata dasar, seperti (per-an), (ke-an), (ber-an), (men-kan), (di-kan), (memper-kan), (diper-kan), (men-i), (di-i), (memper-i), (diper-i), (ber-kan). 
Contoh: (ke-an) +(adil) =keadilan (ber-an) + (datang) = berdatangan Konfiks dapat ditemukan dalam                bahasa Indonesia, contohnya kata kelaparan (dari kata lapar). Konfiks (ke-an) diimbuhkan                    secara serentak (tidak ada kata kelapar atau laparan). Kridalaksana dll (1985:20) menyebutkan                 ada empat konfiks dalam bahasa Indonesia, yaitu: (ke-an), (peN-an), (per-an), dan (ber-an). 

e. Interfiks dan Simulfiks 
        Bauer(1988: 23-24) menyebut interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk kata majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti berada di antara, dan fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan dengan infiks yang berarti melekat di dalam. 
        Interfiks dapat dilihat dalam bahasa Arab. Interfiks (ul) muncul di antara kata (birr) dan (walad), sehingga menjadi (birr-ul-walad) (‘bakti anak’). Penulis tidak menemukan interfiks dalam bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris, penulis berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena pengaruh bahasa Latin. Contohnya interfiks (o) dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki artis tersendiri dalam kamus Webster’s New World. Gabungan kedua kata ini memerlukan interfiks (o)sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology.
        Istilah morfologi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dianggap memiliki interfiks (o)karena hanya kata morf yang ada dalam arti KBBI. Sedangkan simulfiks memiliki definisi yang dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus ‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksana (1985: 20), simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku. Contoh: (kopi dan ngopi). 

3. CONTOH PROSES AFIKSASI 
a. Proses terjadinya akfiksasi khusus untuk (me + [Kata Dasar]) kata dasar yang berawalan huruf (t)         akan digantikan menjadi huruf (n). 
    Contoh : (me)+ (tulis) = menulis (me)+ (terima) = menerima (me)+ (tari)= menari 
b. (me)+ (Kata Dasar) dengan kata dasar yang berawalan huruf (s) akan digantikan menjadi huruf (ny).      Contoh : (me)+ (sapu) = menyapu (me)+ (santap) = menyantap (me)+ (salin) = menyalin 
c. (me)+ (Kata Dasar) dengan kata dasar yang berawalan huruf (k)akan digantikan menjadi huruf (ng).     contoh : (me)+ (kaji)= mengaji (me)+ (kunci) = mengunci Namun berbeda dengan kata asing (non-       EYD) yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia, huruf (k) tetap. Contoh: (me)+ (konversi) =         mengkonversi 
d. (me)+ (Kata Dasar) dengan kata dasar yang berawalan huruf (p)akan digantikan menjadi huruf (m).         Contoh : (me)+ (pukul) = memukul (me)+ (pasang) = memasang) 
e. (me)+ (Kata Dasar) dengan kata dasar yang berawalan huruf (c) akan tetap menjadi huruf (c).
    Contoh : (me)+ (cuci)= mencuci (me) + (cari) = mencari (me)+ (curi)= mencuri Dalam prefiks (me)     yang dapat berubah-ubah menjadi (mem), (men), (meny), (meng), (menge), tersebut merupakan hasil     dari proses morfofonemik yang menimbulkan nazalisasi. Nazalisasi adalah bunyi yang dihasilkan         atau dikeluarkan oleh rongga hidung. 

4. FUNGSI PROSES AFIKSASI 
a. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternant-alternant dari bentuk yang tetap merupakan kata,     atau unsur leksikal yang sama. 
b. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsure leksikal yang lain dari kata atau unsur             leksikal tertentu. 

5. BENTUK AFIKSASI 
            Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar, seperti (ber), (di), (ke), (me), (se), (pe), (per), (ter), adalah prefiks atau awalan. Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperfi (em), (er), (el), disebut infiks atau sisipan. Yang terletak di akhir kata dasar, seperti (i), (an), (kan), (isme), (isasi), (is), (if) dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran. 

6. MAKNA AFIKSASI 
            Afiks adalah unsur apa pun pada struktur morfologis yang ada pada kata dan bukan termasuk akar. Definisi lain, yang dikemukakan Mansur Muslih, Afiks adalah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru.

Menyajikan Gagasan Melalui Artikel

 Menyajikan Gagasan Melalui Artikel


Artikel merupakan jenis tulisan yang berisi pendapat, gagasan, pikiran, atau kritik terhadap persoalan yang berkembang di masyarakat, biasanya ditulis dengan bahasa ilmiah popular. Intinya artikel opini merupakan tulisan yang berisi pendapat penulis tentang data, fakta, fenomena, atau kejadian tertentu dengan maksud dimuat disurat kabar atau majalah.

A. Mengevaluasi Informasi, baik Fakta Maupun Opini dalam Sebuah Artikel yang Dibaca

Membaca surat kabar atau majalah ibarat makanan sehari-hari. Salah satu rubik dari surat kabar atau majalah yang akan kamu pelajari pada pelajaran ini adalah artikel opini.

Artikel adalah tulisan tentang suatu masalah, termasuk pendapat dan pendirian penulis tentang masalah itu. Artikel bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur pembaca. Untuk membedakan antara fakta dan opini kamu harus memahami terlebih dahulu konsep dasar fakta dan opini. 

Menemukan Informasi dalam Artikel yang Dibaca

1. Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta biasanya dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa

2. Opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang terhadap sesuatu. Opini biasanya dapat menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa

B. Menyusun Opini dalam Bentuk Artikel

Mengungkapkan Opini dalam Bentuk Kalimat yang Benar

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Struktur artikel opini, artikel akan diawali dengan pernyataan pendapat (thesis statement) atau topic yang akan kamu kemukakan. 

2. Argumentasi, bagian terpenting dalam artikel opini adalah argumentasi. Argumentasi yang kalian kemukakan harus kuat. Artinya argumentasi harus didukung data actual karena artikel opini pada umumnya bersifat actual yang berisi analisis subjektif opini pada umumnya bersifat aktual yang berisi analisis subjektif terhadap suatu permasalahan. 

3. Penggunaan bahasa, bahasa alam artikel bersifat ilmiah popular, berbeda dengan bahasa ilmiah pada umumnya. Penggunaan bahasa penting untuk diperhatikan untuk melihat sasaran pembacanya. 

Menyusun Opini dalam Bentuk Paragraf

Dalam membaca bentuk tulisan diperlukan daya kritis, apakah tulisan itu berupa fakta atau opini. Berikut adalah penanda-penanda opini dalam suatu paragraph.

1. Menggunakan kutipan kata-kata seseorang, biasanya ditandai dengan adanya tanda dua petik (“….”).

2. Menggunakan sudut pandang penulis dalam bentuk penafsiran terhadap fakta. 

3. Menggunakan kata yang tidak pasti (mungkin, rasanya, dll).

4. Menggunakan kata yang bertujuan menyampaikan sesuatu (sebaiknya, saran, pendapat, dll).

Inti dari paragraph opini adalah dapat ditemukan kata atau kalimat yang menunjukan bahwa itu adalah sebuah pendapat pribadi ataupun pandangan seseorang yang belum tentu benar, hanya berdasarkan pemikiran seseorang. 

Menyusun Fakta dalam Bentuk Artikel

Fakta adalah suatu informasi yang bersifat nyata atau benar-benar terjadi. Fakta disertai dengan bukti-bukti yang mendukung kebenarannya. Oleh karena itu, fakta lebih sering sulit dibantah oleh opini seseorang.

Berikut adalah ciri-ciri fakta:

1. Merupakan suatu kebenaran umum.

2. Menyertakan bukti berupa data-data yang akurat.

3. Mengungkapkan peristiwa yang benar-benar terjadi. 

C. Menganalisis Kebahasaan Artikel dan/atau Buku Ilmiah

Menemukan Unsur Kebahasaan Artkel Opini dan Buku Ilmiah

Unusr kebahasaan yang terdaat dalam artikel dan buku imiah yang memiliki persamaan karena penyajian isinya berdasarkan fakta yang didukung melalui opini, bukan imajinasi. Berikut unsur kebahasaan yang harus dicermati.

1. Adverbia, adalah bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbial frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar, sering, kadang-kadang, dan jarang.

2. Konjungsi, adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Konjungsi yang banyak dijumpai pada artikel adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi.

3. Kosakata, adalah perbendaharaan akata-kata. Supaya teks tersebut mampu meyakinkan pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik tersebut mencakup hal-hal berikut.

a. Aktual

b. Fenomenal

c. Editorial

d. Imajinasi

e. Modalitas

f. Nukilan

g. Tajuk bacaan

h. Teks Opini

i. Keterangan aposisi

Membandingkan Kebahasaan Artikel Opini dan Buku Ilmiah

Untuk menambah wawasanmu dalam menganalisis, bandingkan dua artikel dan dua buku ilmiah berdasarkan unsur-unsur kebahasaannya, serta memberikan komentar terhadap kedua teks tersebut.

D. Mengontruksi Artikel Berdasarkan Fakta

Menyusun Artikel Opini Sesuai dengan Opini

Pada umumnya, ada banyak jenis artikel yang dapat kita temukan, misalnya liputan berita, fitur, sosok, dan artikel panduan, dan sebagainya. Meskipun setiap jenis artikel memiliki ciri khusus, kita masih dapat melihat kesamaannya, yakni mulai dari merangkai bentuk, melakukan penelitian, sampai dengan menulis dan menyunting hasil tulisan. Adapun manfaat dari menulis artikel adalah kita bisa berbagi informasi yang penting dan menarik kepada para pembaca. 

Menyajikan Artikel Opini dengan Kebahasaan yang Baik dan Benar

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan artikel, di antaranya sebagai berikut: 

1. Pola pemecahan topik

Pola ini memevah topic yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemukan menjadi subtopic atau subbagian yang lebih sempit. Kemudian menganalisisnya masing-masing.

2. Pola masalah dan pemecahannya

Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah, baik masalah pokok, maupun bberapa masalah. Namun, masih berada dalam lingkup bahasan utama. 

3. Pola kronologi

Pola ini menyajikan artikel sesuai dengan kronologi, urutan, kebersinambungan, keberkelanjutan bagaimana sesuatu itu terjadi. Dipaparkan secara runtut dan runut.

4. Pola pendapat dan alasan pemikiran

Pola ini baru dipakai jika penulis menyampaikan pendapat/gagasan/pendapatnya sendiri. Kemudian, berargumen secara jelas tentang hal tersebut.

5. Pola pembandingan

Pola ini sama seperti gaya penulisan komparatif, yaitu dengan membandingkan dua aspek atau lebih dari satu topic lalu menunjukan persamaan atau perbedaan. 

Sumber; Buku Bahasa Indonesia kelas XII SMA/MA/SMK/MAK Edisi Revisi 2018


Potret Rabu Ibadah Shalat Dhuha Berjamaah

Murid rutin melaksanakan Shalat Sunnah Dhuha berjamaah di Satuan Pendidikan SMA NEGERI 10 MAROS, setiap hari Rabu sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Bapak Syamsul Alam dan Ibu Nurlina selaku guru pendidikan Agama menegaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kiat-kiat memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 

Murid dan Dewan guru berbondong-bondong memasuki ruangan Mhusallah yang berkapasitas 250 jamaah. Sebelum Shalat Dhuha dilaksanakan terlebih dahulu diawali dengan literasi Al-Qur'an dan diakhiri dengan kultum singkat disertai do'a bersama, yang dipimpin oleh Bapak Syamsul Alam. Menurutnya, literasi Al-Qur'an tersebut dilakukan sebelum melaksanakan Shalat Dhuha sebagai bentuk pembiasaan murid membaca ayat suci Al-Qur-an sekaligus melatih murid membaca Al-Qur'an secara fasih. 

Ibadah Shalat Sunnah Dhuha merupakan aktivitas spiritual yang dirintis oleh kepala UPT Satuan Pendidikan SMA NEGERI 10 MAROS sebagai bentuk menghadirkan nilai disiplin positif dan mewujudkan visi misi Satuan Pendidikan. Menurut ibu Hj. Rosdiana, apapun akan kita lakukan selama itu kegiatan positif yang tidak menganggu nilai dan budaya apalagi untuk membangun SDM dan menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan murid terhadap Sang Pencipta.

Beliau juga menambahkan bahwa segala sesuatu yang bersifat positif yang telah ada kita kembangkan, dan segala sesuatu yang belum ada diadakan selama bernilai positif dan sesuai dengan visi misi Satuan Pendidikan. Harapannya, kegiatan keagamaan tersebut dapat menjadi nilai tambah untuk membangun generasi yang berbudi pekerti. Pungkasnya.

Seluruh dewan guru pun sangat antusias melaksanakan praktik baik tersebut. Keterlibatan seluruh warga satuan pendidikan dalam mewujudkan murid yang berkarakter spiritual menjadi prioritas utama untuk dibangun. Pungkas salah seorang guru di SMA NEGERI 10 MAROS. 

Membangun kesadaran dalam memahami pentingnya membiasakan diri melakukan praktik baik Rabu Ibadah dan Ibadah lainnya sejak dini pada murid menjadi bagian dari mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi besarnya problem gejolak pergaulan yang tidak tertata, dan mencegah murid agar supaya tidak terjerumus kedalam hal-hal yang tidak diinginkan.


Penulis, Anwar.



SMA NEGERI 10 MAROS Meraih Iman dan Taqwa melalui Isra Mi'raj.

Ikramullah merupakan salah satu ekskul yang ada di satuan pendidikan SMA Negeri 10 Maros dengan spesifikasi mengurusi kegiatan keagamaan murid yang menggandeng Osis serta seluruh warga sekolah. Kegiatan Isra Mi'raj Senin 5 Februari 2024/24 Rajab1445 tersebut adalah kegiatan keagamaan dengan tujuan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya menguatkan Iman dan Taqwa dengan merefleksi fenomena Isra Mi'raj, Pungkas Bapak Syamsul Alam, S.Pd. selaku pembina Ikramullah. Murid SMA Negeri 10 Maros beserta seluruh dewan guru mengikuti dengan khidmat Nasihat Keagamaan yang dibawakan oleh Ustadz Abdillah, S.Pd. sebagai umatnya Rasulullah, marilah kita senantiasa menghadirkan, menumbuhkan, dan mempertajam semangat Islam dalam kehidupan keseharian agar medapatkan ridho dan keberkahan hidup, kata beliau. Kata kepala UPT yang diwakili oleh WAKASEK HUMAS yang didampingi oleh WAKASEK KESISWAAN menuturkan bahwa kegiatan Isra Mi'raj sebagai upaya membentuk karakter beragama dan membekali murid dengan tujuan murid memiliki kemampuan menepis banyaknya tantangan kehidupan dilingkungan masyarakat tentang perilaku tidak terpuji. Pimpinan satuan pendidikan SMA NEGERI 10 MAROS, ibu Hj. Rosdiana, S.Pd.,M.Si menuturkan bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan yang dapat menambah dan menumbuhkan serta memperkokoh nilai spiritual murid agar menjadi murid yang beriman dan bertaqwa yang sesuai dengan visi dan misi satuan pendidikan SMA NEGERI 10 MAROS. Penulis, Anwar

MEMBIDIK PROBLEMA SAMPAH DENGAN SOLUSI YANG SELEKTIF DI SATUAN PENDIDIKAN

MEMBIDIK PROBLEMA SAMPAH DENGAN SOLUSI YANG SELEKTIF DI SATUAN PENDIDIKAN           Kurikulum semakin modern, metode belajar semakin beragam...